Day 8: Te Anau, Milford

Summer 18 Desember 2010. Te Anau, Milford Sound

Pagi-pagi sekali kita sudah bangun karena jam 07.00 kita harus berkumpul di pool bus yang akan membawa kita ke Milford atau dalam Bahasa Maori-nya Piopiotahi. Ternyata waktu kita keluar dari holiday park, kita bertemu dengan pasangan suami istri yang van-nya parkir di sebelah van kita. Ternyata mereka juga akan ke pool bus ikut trip ke Milford sama seperti kita.  Mereka pasangan suami istri dari Brisbane Australia namanya Ross dan Jane. Akhirnya kita jalan bersama menuju pool bus.

Waktu sampai di pool bus kita langsung lapor untuk memberitahukan bahwa kita sudah hadir. Kemudian bus datang dan ternyata sudah terisi hampir penuh membawa rombongan dari Queenstown. Bus berangkat dari Queenstown jam 04.30 pagi menuju ke Te Anau menjemput kita. Group yang dari Te Anau hanya kita dan pasangan dari Australia ini.

Kita tidak menyangka bahwa Milford lebih favorit dijangkau dari Queenstown. Kita juga tidak menyangka bahwa terdapat paket kunjungan Milford menggunakan bis dari Queenstown. Setidaknya sekarang kita tahu ada alternatif lain jika ingin ke Milford tanpa harus singgah di Te Anau. Terutama bagi mereka yang tidak memiliki waktu cukup banyak, menjangkau Milford dari Queenstown menjadi alternatif terbaik karena bolak balik dapat dilakukan dalam sehari, hemat waktu hemat biaya.

Te Anau ke Milford jaraknya sekitar 119 km. Jika menggunakan bus kira-kira butuh waktu 3 jam lebih sedikit. Karena kecepatan bus di NZ dibatasi maksimal 80 km/jam. Namun melihat kondisi jalan yang melewati gunung-gunung sehingga jalanan banyak yang kecil dan melalui tikungan tajam maka kecepatan rata-rata pasti kurang dari 50 km/jam.

Satu hal yang saya selalu terkesan di NZ adalah semua informasi mengenai tourism sangat lengkap, mudah didapat dan sangat informative. Sebagai contoh gambar di bawah mengenai Milford, route alternatifnya mana saja, jalur trekkingnya, daerah-daerah yang dilewati, fasilitas yang ada pada daerah pemberhentian, apakah bisa atau tidak untuk orang yang menggunakan kursi roda, dll. Pengalaman selama ini, kita hampir tidak perlu bertanya-tanya karena semua informasi yang tersedia sudah lebih dari cukup. Sesuai dengan gambar di bawah, route yang akan kita lewati adalah Te Anau Downs, Eglinton Valley, Mirror Lake, Knobs Flat, Lake Gunn, The Divide, Monkey Creek, Homer Tunnel, The Chasm, Milford.

milford-road

Awalnya kita melewati jalan yang sebagian besar berada di pinggir danau Te Anau sampai daerah Te Anau Downs. Sekitar jam 09.00 kita sampai ke daerah yang unik sekali karena di antara dua gunung yang cukup tinggi kemudian di tengah-tengah terdapat suatu area yang benar-benar rata. Mungkin daerah rata ini hasil dari proses sedimentasi dari kedua gunung tersebut. Daerah ini disebut Eglinton Valley. Kita berhenti sebentar untuk berfoto.

eglinton-valley

Kemudian kita melanjutkan perjalanan lagi. Sekitar 15 menit berjalan kemudian bus berhenti lagi di tempat yang disebut sebagai Mirror Lake yaitu sebuah danau kecil yang jernih seperti mirror. Namun sayang cuaca kurang begitu terang, banyak awan dan berangin sehingga permukaan air danau tidak bisa seperti mirror karena ada gelombang. Namun bisa dibayangkan seandainya cuaca sangat bersahabat bagaimana indahnya Mirror Lake ini. Namanya harusnya bukan Mirror Lake tapi Mirror Like Lake (enak saja kasih-kasih nama, kaya yang punya saja hehehe…. Lagi pula jadi tambah repot ngapalin-nya).

mirror-lake1
mirror-lake2

Di dalam air maupun di udara sekitar Mirror Lake banyak habitat air dan binatang-binatang lain. Ada berbagai spesies burung, kelelawar, serangga dan ikan. Kita berhenti kurang lebih 15 menit dan lanjut perjalanan lagi.

mirror-lake3
mirror-lake4

Setelah kita meninggalkan Mirror Lake, 50 menit kemudian kita sampai di depan pintu Homer Tunnel. Selama 50 menit perjalanan rasanya seperti perjalanan di Indonesia karena medannya adalah medan hutan hujan tropis. Pohon besar-besar, sungai-sungai yang jernih airnya, gunung-gunung di kiri kanan. Daerah menuju Milford ini merupakan daerah hutan hujan tropis terbesar di NZ. Semakin mendekati Homer Tunnel, pemandangan makin luar biasa karena air terjun dimana-mana, di kiri kanan tebing gunung-gunung batu yang kita lewati.

Sebenarnya ada beberapa pemberhentian yang bisa dilakukan sebelum Homer Tunnel namun kita hanya berhenti di Monkey Creek yang posisinya tidak jauh dari pintu masuk Homer Tunnel. Meskipun musim panas, kita masih temukan gumpalan-gumpalan es.

monkey-creek

Homer Tunnel adalah satu-satunya akses kendaraan menuju ke Milford. Terowongan ini panjangnya 1,2 km yang mulai dioperasikan pada tahun 1954. Sebelum adanya terowongan ini, akses darat menuju Milford hanya bisa dilakukan dengan jalan kaki. Pembangunan terowongan ini butuh waktu yang cukup lama. Sebenarnya telah dimulai pembangunannya sejak tahun 1934 namun terhenti karena pecah Perang Dunia II dan baru dilanjutkan kembali setelah perang selesai.

Pada saat musim dingin atau musim semi daerah sekitar Homer Tunnel tidak bisa dilalui karena tertutup es atau sangat licin karena es. Hampir bisa dipastikan tidak ada masalah menuju Milford jika dilakukan saat musim panas ataupun musim gugur.

Meskipun panjang Homer Tunnel hanya 1,2 km namun waktu yang dibutuhkan untuk melewatinya cukup lama mengingat terowongan ini agak sempit dan sudut penurunannya cukup tajam sehingga harus pelan dan hati-hati. Sekitar 20 menit dari kita memasuki Homer Tunnel kemudian kita sampai ke tempat pemberhentian yang disebut sebagai The Chasm.

The Chasm sangat unik di mana banyak batu-batu seperti hasil ukiran padahal pahatan batu-batu ini terjadi secara alamiah seperti komentar David Henry Thoreau yang menyatakan bahwa “The finest workers in stone are not copper or steel tools, but the gentle touches of air and water working at their leisure with a liberal allowance of time.” Bahasa liberal time rasanya kurang scientific, yang sesuai saya rasa adalah unlimited time. Atau hundreds of million years seperti yang dulu sering saya dengar di kelas saat dosen-dosen geologi cerita sejarah yang sangat me-nina bobo-kan… yaitu sejarah bumi dan terjadinya batuan. Jujur saja semua itu beyond my mind, maksudnya saya sudah berusaha tekan masuk ke kepala tapi keluar lagi keluar lagi akibat terjadi tekanan yang berlebihan. At the end… blank, bagusnya terjadi setelah ujian.

Di The Chasm kita bisa jalan santai (termasuk bagi mereka yang menggunakan kursi roda) menikmati pemandangan yang berupa batu-batu, sungai dan pohon-pohon. Suasananya seperti suasana hutan hujan tropis. Suasana sangat tenang namun dari kejauhan terdengar suara air yang menghantam batu-batuan semakin lama semakin terdengar keras ketika kita mendekati jembatan. Jembatan dari kayu sederhana namun cukup memadai.

the-chasm1

Pada suatu area kita ketemu pasangan Australia sedang membalik-balikkan daun pakis (fern). Hal ini membuat saya heran, apa yang sedang mereka lakukan. Mereka bilang kalau sedang mencari Silver Fern. Hal ini lebih membuat saya heran lagi karena selama ini saya beranggapan bahwa Silver Fern atau Pakis Perak, yang menjadi symbol NZ, hanyalah sebuah mitos, tidak benar-benar ada di alam nyata. Saya masih berada dalam kondisi keheranan tiba-tiba mereka panggil saya dan Puti “Look! We find a silver fern”. Kita berusaha mendekat dan memang benar daun pakis tersebut berwarna perak. Inilah pertama kalinya saya melihat silver fern asli. Memang nampak dari atas semua daun pakis sama, namun saat kita balik ada jenis tertentu yang memiliki warna perak.

the-chasm2

Setelah sekitar 20-25 menit kita berjalan kita sampai kembali ke pintu masuk yang bersebelahan dengan pintu keluar karena route yang kita lewati bentuknya melingkar. Di tempat parkir kita lihat ada seekor burung yang disebut Kea, semacam burung nuri/betet kalau di Indonesia namun warna bulunya hitam atau abu-abu tua (bisa dilihat pada gambar burung yang ada di Mirror Lake). Burung ini sangat akrab dengan pengunjung, tidak takut sama sekali tapi justru suka mengganggu pengunjung, main-main dengan pengunjung. Burung ini lebih suka berjalan, hanya sekali-sekali saja terbang jika terpaksa. Karena lucu melihat tingkah burung tersebut sampai kita lupa memotretnya.

20 menit kita lanjutkan perjalanan dan kita sudah sampai di Milford. Sementara tour leader mengurus tiket maka kita manfaatkan untuk pergi ke toilet dan jalan-jalan di lobby gedung karena gedungnya cukup besar sebagai tempat orang menunggu jadwal masuk ke kapal atau juga bagi mereka yang cari-cari souvenir setelah kembali dari tour kapal keliling Milford.

Kemudian kita memasuki cruise yang akan membawa kita keliling. Nama cruise yang kita naiki adalah Real Journeys. Ada juga cruise lain yaitu Southern Discoveries yang beroperasi secara bergantian dengan Real Journeys. Kita bisa duduk di dalam (semua kacanya transparan) atau berdiri di luar. Di dalam cruise juga disiapkan minuman lengkap seperti kopi, teh, susu, jus, air dan juga makanan ringan.

milford1

Route yang akan kita lewati seperti pada gambar di bawah dimana cruise akan berjalan di sebelah kiri sampai keluar ke Laut Tasmania kemudian kembali ke dermaga melalui jalur sisi sebelah kanan.

cruise-map1

Milford suatu tempat yang sulit untuk diceritakan keindahannya. Meskipun kita tergolong tidak beruntung karena 2 hal:

  1. Cuaca sedang tidak bagus, mendung dan sebentar-sebentar hujan. Masalah utama di Milford memang cuaca karena daerah ini daerah dengan curah hujan cukup tinggi. Sehingga sangat beruntung sekali jika mendapatkan cuaca cerah.
  2. Kita sengaja meninggalkan kamera andalan yaitu Canon D7 karena kita sudah lihat ramalan cuaca akan hujan sehingga takut basah. Akhirnya kamera yang kita bawa hanya pocket camera Olympus dan handycam. Tentu saja kualitas gambar yang akan kita dapatkan agak pas-pasan.

Dengan kondisi cuaca yang agak gelap, mendung dan sesekali hujan memang membuat tour menjadi sedikit repot namun kita bisa melihat gambaran lain dari Milford yang mana Milford umumnya, yang umum kita lihat di dalam gambar-gambar, terlihat begitu indah dalam suasana yang cerah terang dengan langit yang biru.

Namun untuk ketinggalan kamera Canon D7 kita tetap menyesal, tidak ada obatnya yang bisa menghapus penyesalan tersebut. Namun dengan peralatan kamera atau handycam secanggih apapun keindahan Milford mungkin hanya bisa terwakili 10% dari seharusnya.

Memasuki Milford kita rasanya memasuki negeri dongeng. Dengan keindahan yang luar biasa ini tidak mengherankan jika Milford selalu dijadikan tempat untuk membuat film-film ber-genre dongeng. Segera Setelah cruise bergerak di depan kita terlihat puncak gunung yang ada di sebelah kiri yang dikenal sebagai Mitre Peak. Karena saya suka gunung, saya sudah sering dengar nama ini namun saya baru tahu kalau Mitre Peak ada di South Island saat saya di Milford. Puncak ini sangat terkenal karena sulit didaki dan tidak banyak orang yang pernah mencapai puncaknya meskipun dari sisi ketinggian puncak ini tidak terlalu tinggi yaitu hanya 1683 meter diatas muka laut. Seperti halnya antara Everest dan K2 (Karakoram), meskipun Everest adalah puncak tertinggi namun lebih banyak yang mencapainya dari pada K2 yang sedikit lebih pendek. Usaha pertama mencapai Mitre Peak dilakukan pada tahun 1883 tapi batal karena cuaca. Usaha berikutnya dilakukan pada 13 Maret 1911 oleh J R Dennistoun namun orang masih tidak percaya kalau dia mampu mencapai puncak. Bukti bahwa dia benar-benar sampai puncak didapat oleh ekspedisi yang dilakukan setahun setelahnya, tahun 1914.

milford2

Selama cruise bergerak perhatian kita hanya tertuju pada dinding sebelah kiri karena kita tahu dinding sebelah kanan akan kita lewati saat perjalanan balik. Kita dapati gunung-gunung es tinggi dengan tebing-tebing yang vertikal langsung berdiri di atas air laut atau sering disebut sebagai fjord. Karena fjord-fjiord inilah daerah sekitar Milford disebut sebagai Fjiordland. Dari tebing-tebing vertical tersebut keluar air dari lelehan es dari mana-mana. Pada titik-titik tertentu kumpulan lelehan-lelehan es tersebut menyatu menghasilkan suatu air terjun yang begitu besar dan jatuh langsung ke laut. Dinding-dinding vertical ini adalah hasil kerja santai  (bukan kerja keras) es berjuta-juta tahun dalam memahat gunung batu seperti kata David Henry Thoreau.

milford3

Kemudian kita keluar sampai ke laut Tasmania. Di laut Tasmania suasana sangat berbeda. Saat masih di Milford suasana begitu tenang meskipun hujan gerimis namun saat keluar ke Tasmania kita baru merasakan kencangnya angin laut Tasmania. Milford yang tertutup oleh gunung-gunung tinggi menjadikan tempat ini menjadi tenang tidak tertiup angin karena angin yang dari laut Tasmania di blok oleh gunung-gunung yang begitu tinggi yang mengitari Milford.

milford4

Kemudian kita masuk kembali ke Milford setelah berkeliling beberapa saat di Laut Tasmania. Kita menemukan banyak seal (anjing laut) yang sedang berenang-renang di pinggir laut dan juga banyak yang sedang tidur-tiduran santai di batu- batu di pinggir laut. Lucu sekali melihat polah tingkah dari seal yang kelihatan gemuk-gemuk menggemaskan (bukan berarti kalau gemuk selalu menggemaskan lho, ini khusus berlaku terbatas untuk seal).

milford5

Kemudian kita lanjutkan tour kembali menuju dermaga. Di satu tempat kita melihat dari jauh sebuah air terjun yang begitu besar. Kemudian kita membuat foto-foto namun agak sulit karena suasana juga hujan. Percikan air terjun yang jatuh ke laut butirannya terlempar ke segala arah begitu deras seperti menghujani kita. Agak sulit kita memotret karena takut kamera menjadi basah. Yang tidak kita sangka semakin lama mendekati air terjun ternyata cruise ini diarahkan menuju titik tepat di bawah air terjun tersebut sehingga kita menjadi basah kuyup (karena tidak menyangka sama sekali jadi kita tidak masuk kedalam cruise). Untungnya kita menggunakan jaket tahan air sehingga hanya rambut yang basah kuyup. Air terjun ini adalah Stirling Falls yang tingginya 151 meter.

stirling-falls

Perjalanan dilanjutkan menuju ke dermaga dan cuaca sedikit mulai agak terang meskipun matahari masih tertutup awan. Kemudian kita melewati suatu bangunan yang dijadikan sebagai tempat penelitian sub marine. Sebentar kemudian kita sudah sampai ke dermaga. Perjalanan total dari mulai masuk cruise sampai kembali ke dermaga membutuhkan waktu kira-kira dua jam lebih sedikit. Meskipun pendek waktunya namun rasanya perjalanan ini begitu indah dan luar biasa. Pada kondisi cuaca yang baik, tempat ini banyak digunakan oleh orang orang untuk kayak. Mungkin karena cuaca tidak mendukung maka kita tidak melihat satupun orang yang sedang kayak.

milford7

Sebelum sampai dermaga kita melewati air terjun Lady Bowen Falls yang tingginya 162 m. Air terjun ini adalah hilir dari Bowen River. Air terjun ini juga dimanfaatkan untuk menggerakkan turbin air skala kecil untuk menyediakan listrik di sekitar Milford. Nama Bowen didapat dari Diamantina Bowen yang merupakan istri dari George Bowen yaitu Gubernur NZ Ke-5. Sebagai pengetahuan, New Zealand adalah negara Commonwealth yang mana Ratu Inggris di NZ diwakili oleh Gubernur Jenderal. Gubernur Jenderal bertindak seperti presiden, sebagai kepala negara sementara jabatan pemerintahan tertinggi dipegang oleh perdana menteri. Namun dalam kenyataannya saat ini posisi gubernur jenderal hanya bersifat formalitas.

bowen-falls

Karena kita mulai akrab dengan pasangan Australia yang berangkat bareng dari Te Anau maka saya ambil foto mereka berdua buat kenangan. Selama dalam cruise, beberapa kali mereka membantu mengambilkan foto kita berdua karena tidak memungkinkan menggunakan tripod karena cruise selalu goyang.

Jane&Ross
milford6

Jam 01.30 kita sudah keluar dari cruise dan menuju bus yang akan membawa kita kembali ke ke Te Anau. Kita tidak makan siang karena saat di cruise kita disediakan makan siang yang berupa sandwich. Perjalanan menuju Milford kontras dengan perjalanan meninggalkan Milford dimana seluruh peserta tour begitu antusias menikmati pemandangan, mendengarkan penjelasan dari sopir bus yang merangkap sebagai tour guide sehingga tidak ada satupun penumpang yang melewatkan momen penting selama perjalanan menuju Milford. Justru sekarang suasana di dalam bus sangat sepi karena semua penumpang tertidur. Mungkin karena secara tidak sadar seluruh peserta mengalami kelelahan baik selama perjalanan terutama buat peserta yang berangkat dari Queenstown yang berangkat sangat dini. Juga bisa karena terlalu excited sehingga perasaan lelah itu tidak dirasakan selama menuju Milford dan selama di Milford. Terbangun dari tidur saat sudah harus turun dari bus di Te Anau sekitar pukul 05.00 sore.

Milford sering disebut sebagai The Eight Wonder padahal umumnya kita hanya mengenal The Seven Wonders. Sebenarnya ini hanyalah teknik branding karena pada dasarnya tidak ada yang tahu dan juga tidak ada kesepakatan mengenai penyebutan the Seven Wonders. Bahkan tidak ada yang bisa menjawab pertanyaan kenapa mesti Seven tidak Nine atau yang lain. Sebagian besar dari kita juga tidak memahami bahwa The Seven Wonders sebenarnya terdiri dari berbagai macam kategori ada yang kategori Nature, Underwater World, Cities, Industrial World, Ancient World, dll. Tapi apapun namanya dan kategorinya tetap saja ini tidak ada standard-nya, tidak ada kesepakatan, lebih ke arah tujuan promosi. Oleh sebab itu penyebutan Milford sebagai The Eight Wonder ya sah-sah saja. Tapi secara pribadi rasanya tidak terlalu berlebihan untuk menjadikan Milford sebagai The Eight Wonder. Dan mungkin Milford adalah tempat terindah yang pernah saya kunjungi selama ini. Dan saya ingin kembali ke tempat ini, mungkin dengan harapan bisa melihat Milford dengan nuansa dan suasana yang berbeda.

Kalau menurut Puti, karena dia sekolahnya di Norway, fjord-fjord di Norway lebih keren. Saya setuju dengan pendapatnya Puti karena saya pernah lihat foto dia di salah satu cliff di Stavanger yang namanya Preikestolen. Di acara TV Globe Trekker yang dipandu oleh Ian Wright juga pernah menampilkan fjord-fjord di Norway. Banyak juga bisa dilihat di youtube dimana orang-orang melakukan base jump. Dan sangat bisa dimengerti jika fjord di Norway lebih bagus karena kata fjord pun berasal dari Norway. Namun keunggulan Milford dibanding dengan Norway adalah… mudah dijangkau.

Posisi Milford sebenarnya tidak jauh dari Queenstown, lebih dekat dibanding dari Te Anau. Namun sayangnya hanya bisa dilalui dengan jalan kaki karena medannya cukup sulit. Bagi yang mengharapkan tantangan lebih, Milford dapat dijangkau dari Glenorchy melewati Routeburn sementara dari Te Anau dapat mengambil Milford Track. Saya kurang tahu seperti jalur Milford Track namun saya pernah melihat Jay Harding mengambil Routeburn Track dalam acara TV Globe Trekker. Kayanya menarik sekali trekking ke Milford lewat Routeburn jika memiliki waktu yang cukup. Jika saya mau melakukannya, sudah pasti harus sendirian karena Puti bukan tipe yang suka trekking.

milford-track

Setelah sampai di holiday park, tidak banyak aktivitas yang kita lakukan hanya aktivitas rutin biasa seperti mandi, memasak, cuci-cuci, mendownload file dari kamera dan juga men-charge battery-battery. Setelah semuanya kita bereskan kemudian kita kembali ke mobil. Akhirnya kita punya waktu untuk berbincang-bincang dengan pasangan Australia yang yang parkir di sebelah mobil kita. Jane banyak bercerita mengenai anak laki-lakinya yang lebih mencintai Lombok dari Australia setelah mendaki gunung Rinjani beberapa tahun yang lalu. Hampir setiap tahun tiga bulan waktu anaknya dihabiskan di Lombok. Dan menyatakan bahwa kehidupan di Lombok begitu indah menurutnya. Sampai Jane juga menanyakan kepada saya seperti apakah sebenarnya kehidupan di Lombok yang membuat anaknya begitu tergila-gila. Sementara ini Jane belum pernah sekalipun pergi ke Indonesia. Saya sendiri nggak bisa menjawab pertanyaan Jane karena saya sendiri belum pernah ke Lombok.

Kedua pasangan suami istri ini adalah seorang guru di sekolah dasar sehingga dari tutur kata dan juga sikapnya sangat sopan sekali yang sangat terlihat sifat gurunya. Kemudian Jane juga menawarkan jika saya dan Puti ke Brisbane tidak perlu menyewa hotel tapi silahkan menggunakan rumahnya karena selama musim panas dia dan suaminya selalu pergi berlibur sehingga rumahnya kosong.

Kemudian kita juga bercerita mengenai pengalaman perjalanan menggunakan camper van. Kita awalnya menganggap bahwa mobil camper van yang dia gunakan pasti mahal karena sangat bagus, dilengkapi dengan power kemudian juga terdapat dapur kecil dan juga tempat cuci piring. Sementara mobil kita benar-benar sangat terbatas perlengkapannya. Namun ternyata harga sewanya tidak terlalu mahal jika kita sewa dalam kurun waktu dua minggu karena mendapatkan diskon cukup besar. Hitungan akhir sewa mobil dia sekitar 120 dollar per hari sementara mobil kita yang sangat sederhana hitungannya sekitar 95 dollar per hari sehingga hanya beda $25. Dengan berbagai macam kelebihan dari mobil tersebut saya rasa lebih mahal $25 jauh lebih menarik. Sehingga kita sekarang mendapatkan pengetahuan baru jika suatu waktu nanti kita menyewa camper van lagi. Intinya ada berbagai jenis van yang harus disesuaikan dengan kebutuhan apakah mau power atau non power. Apakah untuk berdua (2 Berth), bertiga (3 Berth), berempat (4 Berth) atau berenam (6 Berth). Apakah mau yang ada dapur kecil, tempat cuci piring, toilet bahkan shower. Semakin mengerti rasanya kita makin sakit hati. Sebaiknya menyewa campervan dari perusahaan rental yang sudah memiliki nama, memiliki reputasi bagus seperti Britz, Kea, Maui, Apollo, Jucy dibandingkan coba-coba rental kecil yang kita belum tahu track record-nya.

Kemudian setelah kita ngobrol cukup lama kita pamit untuk tidur karena besok pagi dia juga harus meninggalkan Te Anau sementara kita juga akan menuju ke Queenstown. Takut tidak ketemu besok paginya sehingga kita sekalian mengucapkan selamat tinggal. Tidak lupa kita bertukar alamat e-mail dan juga alamat rumah jika sewaktu-waktu kita butuhkan.

to be continued to “Day 9: Perjalanan Te Anau Queenstown”

back to “Day 7: Perjalanan dari Wanaka ke Te Anau lewat Cardrona